Archive for Februari, 2013

Februari 17, 2013

Fir's Weblog

Artikel dengan judul di atas yang ditulis oleh rekan Dewi Utama Faizah (Direktorat Pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter Divisi dari Indonesia Heritage Foundation) merupakan salah satu artikel favorit saya. Artikel yang dapat memperkaya kita tentang bagaimana seharusnya sikap kita dalam memperlakukan anak-anak.

Lihat pos aslinya 4.438 kata lagi

How Clean is Green Energy?

Februari 8, 2013

Nemu artikel “How Clean is Green?”, dalam New Scientist Magazine (Januari 28th 2012). Wah, sadar masih banyak ga tau masalah energy dan lingkungan. Kira-kira begini isinya:

Cover Majalah New Scientist

Seperti yang diketahui, energi fossil telah memberikan dampak perubahan iklim. Namun, yang kita sebut “energi bersih” bila digunakan pada jumlah besar juga mempunyai efek yang sejalan dengan gas rumah kaca. Walaupun penggunaan energi bersih tersebut mengurangi emisi CO2tak praktis juga benar-benar bebas dari efek pemanasan bumi.

“whatever you use energy for, it almost all ends up as waste heat”, Eric Chaisson (Harvard Smithsonian Center)

Sebagai contoh, alat elektronik yang digunakan, misal komputer atau handphone, sebagian besar energinya dibuang dalam bentuk heat. Memang saat ini energy heat dari aktivitas manusia masih sangat kecil dibanding energy solar yang diabsorbsi bumi (16 terrawatts berbanding 12000 TW). Namun dengan meningkatnya penggunaan energy ditakutkan efek ini memperburuk pemanasan akibat CO2. Chaisson memperkirakan peningkatan permintaan energy sampai 5000 TW akan menaikkan suhu bumi 3 °C.

Sehingga, selain adanya efek rumah kaca, adanya “waste heat” dari aktivitas manusia ini juga dapat menambah akumulasi energy panas di dalam bumi. Ilustrasinya dapat dilihat pada skema “energy equilibrium” dibawah ini.

Jika mengacu pada akumulasi energy panas yang terperangkap di dalam bumi, praktis satu-satunya sumber energy yang tidak menyumbang akumulasi heat hanya solar. Ya, energy dari solar cell menangkap heat yang masuk ke bumi, praktis heat yang dihasilkan saat mengkonsumsi energy tak akan menambah beban heat di dalam bumi.

“the only energy that is not going to additionally heat the earth is solar and its derivatives”

Lalu apakah ada cara untuk memperlambat efek perubahan iklim tersebut? Ada yang menarik mengenai wind turbine. Dalam sebuah penelitian di California dinyatakan temperature permukaan di belakang wind turbines lebih tinggi daripada di depannya saat malam, tapi lebih rendah 4°C pada siang hari. Hal ini terjadi karena adanya turbulensi aliran. Adanya efek ini sebenarnya menguntungkan untuk pertanian, yaitu mendinginkan bahan tani saat musim panas dan menjaga tetap hangat saat musim dingin.

Penelitian yang lebih lanjut adalah bagaimana wind turbines memperlambat aliran angin antara equator dan kutub. Mengapa? Permukaan es di kutub membantu merefleksi sinar matahari keluar bumi, semakin banyak permukaan tertutup es semakin baik. Problem saat ini adalah semakin berkurangnya permukaan es ini. Idenya, dengan memperlambat angin, berarti memperlambat masuknya energi panas dari equator. Wind turbines, selain menghasilkan energi, juga menghambat kecepatan angina. Namun kenyataannya, dengan wind turbines ini belum mampu memberikan friksi yang signifikan, selain juga masalah luas permukaan aliran dan jet stream yang berubah-ubah.

Solar Panel menyerap 20% sinar matahari dan mengkonversinya menjadi listrik. Namun saat ini solar panel yang dibuat belumlah efisien. Sifat reflekstifnya mendinginkan permukaan dibawahnya, namun ada tetap dampak naiknya temperatur udara di atasnya.

Memang, pembahasan mengenai dampak perubahan iklim dari penggunaan renewable energy , dan waste heat masih sangat kurang mendesak disbanding sesegera mungkin memangkas emisi gas rumah kaca. Namun bila tak mulai diicarakan dari sekarang, di masa datang akan kembali menjadi masalah iklim baru.