Pangkalan Susu, April 2014
Perjalanan darat dari Medan arah utara menuju Pangkalan Susu melewati jalur lintas timur Sumatra manyajikan pemandangan barisan kelapa sawit diselingi pemukiman warga di beberapa kecamatan yang dilaluinya. Sebagai pemanis perjalanan, ada warung kopi enak yang bisa disinggahi di tanjung pura atau kedai oleh-oleh dodol lokal yang bentuknya mirip pocong.
Gambaran geliat semangat kehidupan warga setempat inipun akan terganggu saat melewati jalanan ini di waktu malam. Pemandangan hangat hiruk pikuk kehidupanpun terasa jadi gelap. Ya, gelap secara harfiah. Penyebabnya mungkin telah jamak pula diketahui, kalau headline di surat kabar menyebut “krisis listrik Sumatra Utara”. Hal yang menyebabkan pemadaman listrik bergilir secara rutin.
Dalam perjalanan yang gelap inipun langsung terpikir, “bagaimana ya nasib anak-anak disini yang besok pagi menghadapi Ujian Nasional? Berarti malam begini nggak bias belajar dong. Apa mereka bisa maksimal mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan fasilitas yang nggak mendukung?” yah walaupun kalau dipikir nggak mutlak juga gegara mati lampu terus jadi nilainya nol. Setidaknya bikin jadi terpikir, masak masa depan anak-anak disini harus terganggu gegara kurangnya pasokan listrik.
Contoh diatas cuma masalah kecil dari kurangnya listrik di Sumatra Utara ini, di Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia pasti masalah kebutuhan energi ini lebih pelik lagi, akibatnya pertumbuhan ekonomi daerah Sumatra utara jadi terhambat karena kebutuhan yang terus meningkat tidak bisa diimbangi suplai energinya.
Garis Besar Supply-Demand Elektrifikasi Sumatera Utara
Beban puncak pada sistem kelistrikan Sumut bagian utara sebesar 1.650 MW, namun kapasitas terpasang hanya 1.550 MW dan pertumbuhan permintaan elektrifikasi Sumatra utara mencapai 7.3% per tahun. Pasokan listrik ke sistem Sumatera Bagian Utara ini sebagian disuplai dari pembangkit berbahan bakar gas yaitu PLTGU Belawan/Sicanang dengan kapasitas (400 MW + 370 MW), PLTU Belawan/Sicanang (2 x 65 MW), PLTG Paya Pasir 20 MW dan PLTG Gelugur 40 MW, dan PLTA Asahan milik Inalum (90 MW).
PLN telah mengusahakan penyewaan generator diesel sejak tahun lalu agar mendapat tambahan 150 MW, namun sampai akhir tahun hanya dapat memberikan 20 MW tambahan, dan sampai pertengahan 2014 masih diusahakan penambahan generator secara bertahap.
Padahal, pasokan listrik harus mempunyai punya cadangan pasokan sebesar 30-40% (kapasitas sebesar 2.000 MW) untuk menghindari pemadaman jika ada gangguan. Namun dengan keadaan yang ada di Sumatera Utara, untuk mengatasi kondisi kelistrikan masyarakat, diatur dengan pengurangan pemakaian industri.
Rencana Mengatasi Defisit Listrik
Secara regional, daerah sumber energi domestik Sumatra Utara untuk pembangkit listrik memang langka jika dibandingkan dengan kebutuhannya, sehingga sumber energy-nya harus “diimpor” dari daerah lainnya. Terisolasinya daerah Sumatera Bagian Utara ini, karena minimnya jaringan transmisi dari daerah selatan, serta lambatnya pembangunan pembangkit listrik membuat sulit untuk menambah pasokan listrik.
PLN Berharap, pembangkit listrik Asahan yang dimiliki oleh PT Indonesia Asahan Aluminum (Inalum), dapat meningkatkan outputnya menjadi 135 MW. Selain itu, penyelesaian sejumlah proyek pembangkit listrik di Sumut juga terlambat. Diantaranya PLTU Sarulla berkapasitas 350 MW, PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 170 MW, dan PLTU Labuhan Angin Sibolga 200 MW. Pernyebabnya antara lain, masalah kontraktor, pendanaan dan pembebasan lahan.
Ah, saat jalan-jalan di Pangkalan Susu ini pula tak lupa melihat dari jauh harapan Sumatera Utara untuk mengakhiri masa black-out, yaitu PLTU Tanjung Pasir. Rencana Pembangunan PLTU tersebut adalah 4 unit, dengan unit 1 dan 2 bertenaga batubara, serta unit 3 dan 4 akan ditenagai gas alam. Total pembangkitan adalah 4×200 MW. PLTU yang mulai digarap dari 2008 sebenarnya sudah merampungkan unit 1 & 2, namun sampai sekarang belum on-line karena terkendala masalah pembangunan transmisi listrik. Ah masalah klasik, pembebasan lahan. Walaupun akhirnya saat ini konstruksi sudah selesai dan sedang dalam fasa uji tegangan.
Pembangunan pembangkit listrik ke depan akan lebih difokuskan menggunakan energi gas alam, sumber energi yang relatif bersih dan sumbernya banyak di Indonesia, tak luput I Sumatera Utara ini. Ga alam ini juga banyak dibutuhkan oleh industry selain PLN, yang karena supply gas alam yang langka cukup menghambat pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa isu menarik tentang Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Belawan yang terpaksa dipindah ke Lampung, rencana pembangunan transmisi LNG dari Arun ke Sumatera Utara (yang gasnya berasal dari daerah lain, dan harga gasnya akan “mengikuti hukum ekonomi”), pengembangan potensi lapangan-lapangan gas alam di Sumatra Utara. Tak Kalah menarik, adalah mulai disentuhnya potensi-potensi geothermal yang prospektif di daerah Tapanuli. Hal-hal menarik ini akan diteruskan pada tulisan selanjutnya (semoga masih ada waktu dan kesempatan, hehehe).